Category: IWPC 11

Ida Ayu Harmaita Wijayanti Merintis Bisnis Fashion Lukis Sejak Masa Kuliah

idaayuIda Ayu Harmaita Wijayanti  mendirikan Anacaraka  pada tahun 2011 tepatnya pada bulan agustus. Usaha ini bermula ketika ide usaha kami diterima dalam sebuah kompetisi wirausaha di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Kami diberi kesempatan untuk merealisasikan ide usaha kami dengan bantun modal Rp 5.000.000,-.  Awamnya pengetahuan kami tentang dunia fashion dan dunia seni, menjadi salah satu tantangan terbesar kami pada saat itu. Bulan pertama usaha ini kami mulai dengan terkatung-katung. Kaos lukis merupakan produk pertama kami. Kami memulai promosi kami dengan menawarkan kepada teman-teman kampus dan memasuki beberapa artshop – artshop didaerah ubud, nusa dua dan kuta.

Usaha kami pada saat itu dapat dikatakan sia- sia. Respon pemilik artshop yang tidak antusias terhadap produk kami membuat kami terpuruk dan tidak yakin untuk melanjutkan usaha ini. Betapa sedihnya kami ketika mengingat pada saat salah satu artshop di daerah kuta dengan tujuan kasihan memaksa konsumen mereka untuk membeli salah satu produk kami. Karena kelihaian pemilik artshop sehingga konsumen mereka yang saat itu adalah wisatawan asing merasa terpaksa membeli produk kami. Akhirnya dengan bantuan pemilik artshop tersebut, produk kami terjual satu pcs di bulan pertama. Ini membuat kami sedikit senang. Seperti ada lilin kecil yang menerangi dikegelapan.

Perjuangan kami tidak berhenti dibulan pertama. Pada bulan kedua kami mengganti nama usaha kami untuk memudahkan mengingat dan mengatakannya. Anacaraka kami pilih untuk menggantikan nama Bali Kwace Art yang merupakan nama usaha kami saat itu. Anacaraka merupakan sebuah identitas aksara bangsa indonesia, sehingga sangat familiar untuk diingat oleh masyarakat bali maupun luar bali. Pada bulan kedua kami diberi kesempatan oleh Ibu Sutrisna untuk mengikuti  pameran Udayana Expo. Itu adalah pameran pertama kami dan menghantarkan kami pada pameran-pameran berikutnya. Dalam 5 bulan pertama usaha, kami telah mengikuti 3 x pameran yaitu Udayana xpo, WMD expo, dan sebuah pameran kecil pada acara seminar.

Pengalaman pameran – pameran tersebut membuat kami bernafas lega karena sedikit masyarakat sudah mulai melirik usaha kami. Dengan mengikuti selera pasar, produk kami merambah pada produk kebaya lukis, dimana kami menyasar masyarakat lokal bali. Kebaya lukis ini menghantarkan kami pada pameran Denpasar Festival di tahun 2012. Respon positif masyarakat lokal terhadap produk kami lambat laun mendorong kami untuk membuat sebuah rumah produksi di awal tahun 2013. Tujuannya adalah untuk memperkuat pondasi awal dari usaha kami. Dengan adanya rumah produksi, kami dapat mengontrol kualitas produk dan ketepatan waktu pesanan untuk selesai. Sehingga komitmen awal kami untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen, dapat kami wujudkan sejak usia dini usaha kami.

Rumah produksi kami tidak semulus yang kami bayangkan. Keluar masuknya seniman membuat kami sedikit kelelahan untuk mengajari dari awal dan menyatukan visi misi kami. Beberapa bulan berjalan akhirnya kami menemukan partner yang tepat untuk tumbuh kembang Anacaraka. Kelebihan lain yang kami peroleh dari rumah produksi, kami dapat lebih mengeksplore kreatifitas kami pada beberapa produk lainnya. Sehingga kini produk kami meliputi kaos lukis, kebaya lukis, wedges lukis, kipas lukis dan yang terbaru adalah kemeja lukis.

Kami kini dilirik oleh pemerintah sebagai usaha pemerintah dalam mengembangkan UMKM di Bali. Di tahun 2013 akhir kami diberi kesempatan untuk mengikuti pameran Trade Expo di Jakarta. Dimana pameran ini seharusnya membantu kami untuk menemukan target konsumen kami yaitu orang asing, namun karena sedikitnya pengetahuan kami tentang ekspor dan kebingungan kami terhadap produk kami yang cocok untuk di ekspor, membuat kami kehilangan peluang emas dalam pameran Trade Expo tersebut. Pameran ini memacu kami untuk fokus kepada produk yang dapat kami kemas untuk kami ekspor dengan selera luar negeri. Disamping itu di tahun 2014 pemerintah juga membantu kami dalam pemberian Hak Merek Dagang secara gratis terhadap kami.

 

Share

Lena Sahrani, Hoby Jualan Sejak Remaja Mendorongnya Merintis Usaha di Bidang Fashion

 

lenaJalan jalan Ke kota Bali

Kalau ke bali singgah ke jakarta

Kenalin nih..saya Lena Sahrani

Ibunya dari Adinda Zahra

 

Bagi saya menjadi seorang Single Mom dan memutuskan untuk resign dari Tempat saya bekerja sebelumnya, tidak membuat saya patah semangat.. Dengan saran dan kesempatan dari sahabat Sejak tahun 2016 memutuskan untuk hijrah dari Tanjungpinang  ke Ujung pulau Kalimatan tepatnya di kota Tarakan,  bersama buah hati tercinta demi keadaan yang lebih tenang.

Bekerja sebagai Honorer di salah satu Instansi Pemerintah disana tanpa adanya saudara, tanpa adanya keluarga tidak membuat saya bersedih…Karena dengan keadaan inilah yang membuat saya kuat dan mempunyai tujuan yang kuat pula untuk sukses…”Sukses dengan Berwirausaha”

Ceritanya…sejak SMA saya sudah berwirausaha, karena zaman dulu masih ABG cara usahanya simple…pernah dulu SMP belajar jahit jadi pas SMA teman-teman pada kecilin baju SMA dibayarnya pake traktiran di kantin deh..(bagian dari usaha)he..he.he. Awalnya niat jualan itu karena apa  saya pake selalu dibilang bagus dan temen pada suka,, dari itu muncul ide, “Kenapa Aku Enggak Jualan aja yah”???? dan akhirnya semua saya jual deh mulai dari clothes, hijab, pants, bag, shoes dan masarin nya dengan cara (mouth to mouth), (door to door), (office to office). Alhamdulilah dengan nekat saya beranikan diri untuk membuka usaha  itu dengan lebel ALENA SHOES.

Alhamdulilah sekarang biar kecil dan masih pemula didunia bisnis saya mempunyai impian besar untuk membesarkan usaha yang saya jalani dengan label ALENA…aminn.. Oleh sebab itu saya memutuskan untuk mengikuti  IWPC  11 Bali agar bisnis yang saya jalani lebih terarah.

Terimakasih kepada Founder Womanpreneur Community , Ibu Irma Sustika atas saran dan motivasinya, sukses dan sehat selalu..

 

Share