Category: peserta IWPC 18

Hobby massage bersama pasangan, jadi pilihan usaha.

 

Saya Maria, ibu bekerja dengan 2 anak. Hobi saya dan suami senang massage di rumah saat weekend atau libur. Sudah lama saya memimpikan punya usaha sendiri yang bisa memandirikan ekonomi keluarga sehingga saya bisa bekerja di rumah sambil membesarkan anak-anak. Sayangnya mimpi itu cukup lama, karena berbagai alasan kekuatiran, antara lain usaha apa yang cocok dengan modal pas-pasan seperti kami, bagaimana memulainya? Juga kekuatiran akan keamanan finansial keluarga jika saya berhenti bekerja.

Perusahaan tempat saya dan suami bekerja terbilang cukup mapan. Tidak ada yang menyangka saat ini kondisi perusahaan tempat saya dan suami bekerja dalam kondisi kurang baik, memaksa kami segera mulai mencari alternatif usaha, dengan harapan saya sudah mandiri saat kondisi perusahaan makin buruk atau saat pensiun nanti, paling tidak kami stress dan masih ada income untuk kebutuhan keluarga.

Sesudah diskusi cukup panjang, memilih-milih usaha yang cocok bersama suami, kami putuskan untuk memulai usaha jasa massage panggilan dan modal yang paling minimal karena masalah budget dari kocek sendiri yang terbatas. Dengan mengumpulkan keberanian, saya dan suamiĀ  berusaha mewujudkan usaha di akhir tahun 2017 lalu. Kami mulai usaha dengan sedikit pengetahuan mengenai usaha jasa ini. Beberapa bulan berjalan, saya merasa kesulitan dan kurang percaya diri dengan berbagai masalah usaha, antara lain:

  • Bagaimana Strategi SDM; perekrutan terapis, memanage karyawan/terapis sebagai ujung tombak usaha, melatih terapis agar memiliki skill yang mumpuni
  • Bagaimana Strategi harga layanan? menentukan harga layanan vs kompetitor yang memasang tarif layanan lebih murah karena competitor jor-joran memasang di harga murah. Bagaimana memelihara pelanggan & memberikan service excellent?
  • Bagaimana berpromosi yang tepat, baik online dan offline dengan biaya minimal vs hasil maksimal.
  • Bagaimana membesarkan dan mengembangkan usaha ini dan menjadi profit?

Saya sangat berharap dengan mengikuti program Inkubator bisnis IWPC ini bisa membekali saya untuk semakin percaya diri dan mengembangkan usaha ini.

Demikian sharing saya.

Share

Fokus untuk memiliki bisnis batik dengan brand sendiri.

Halo Womanpreneur Community, saya Anastasia, usia 31 tahun dan sudah menikah, namun belum berstatus menjadi ibu.

Saya dari sejak lulus kuliah sebenarnya ingin sekali memiliki usaha namun belum berani, belum ada modal dan belum tahu akan membangun bisnis seperti apa.

Namun setelah menikah, saya dan suami sepakat bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membangun usaha. Karena kami juga punya harapan, jika sudah dikaruniai anak, kami bisa memiliki legacy/ warisan berupa usaha yang kami tekuni.

Dengan modal nekat dan asal mulai saja, saya memberanikan diri dengan memulai online shop di bidang fashion dan aksesoris.

Toko online shop saya yang pertama menjual pakaian batik dan kerajinan tangan batik seperti tas, pouch dan sebagainya yang saya jahit sendiri.

Namun seiring berjalannya waktu, toko online saya tersebut bisa dibilang hanya sekedar dagang saja dan tidak membangun brand. Saya kewalahan karena dari pembelian bahan baku hingga produksi saya lakukan sendiri. Saya masih berprinsip ‘kalau laku berarti sudah untung karena harga barang yang saya jual sudah jauh dari harga produksinya’.

Tapi balik lagi, karena masih berantakan, saya jadi tidak tahu apakah sudah profit atau justru loss banyak karena pembukuan tidak saya lakukan.

Titik baliknya adalah ketika saya mengikuti program CSR dari salah satu perusahaan yang memberikan pelatihan gratis tentang kewirausahaan khusus untuk wanita.

Dari situ saya belajar sedikit tentang seluk beluk entreprenuership. Saya kemudian berpikir untuk dropship dan reseller baju anak dengan asumsi bahwa modalnya lebih kecil dan tenaga yang dikeluarkan lebih minim karena saya tidak perlu menjahit sendiri.

Meskipun sudah lebih baik dari sebelumnya baik dari sales maupun secara administrasi pencatatan, namun usaha yang saya bangun bukan brand saya sendiri karena masih membeli produk yang kemudian saya jual kembali.

Kenapa saya ingin ikut kelas inkubasi ini? Karena saya tidak mau sekedar berdagang. Saya ingin kembali ke cita-cita awal dimana saya ingin membangun brand, membangun nilai dari brand tersebut, memberi dampak sosial dan juga tetap mengusung batik dan kain tradisional Indonesia.

Dengan literasi yang didapat, pengalaman yang dijalani serta ide yang ada, saya tidak ingin salah langkah lagi. Saya tidak ingin ragu-ragu lagi. Saya ingin serius membangun dari awal dengan konsep yang sudah lebih mengerucut arahnya seperti apa brand yang akan saya akan buat. Saya ingin menjadikan buah pikir saya menjadi kenyataan.

Semoga dengan program inkubasi ini, cita-cita awal saya bisa terwujud sehingga saya bisa memiliki bisnis yang sehat sehingga mandiri secara finansial, mensejahterakan banyak orang, serta berdampak bagi sosail dan lingkungan.

Share