dr Juliana Resolina Pateh. Wajah cantik dan penampilan penuh gaya tidak menghalangi dirinya untuk menyambar setiap peluang bisnis yang ada. Wanita cantik penyandang gelar Dokter dan Master Manajemen Kesehatan ini adalah pengusaha serba bisa.
Beragam usaha dan produk dibuatnya. Lewat PT Pesona Putri Indonesia ia mempunyai salon, dan klinik perawatan kulit. Lalu dengan PT Yabeta Indonesia dia memproduksi kosmetik dan parfum. Selain itu, dia juga punya gerai kopi Juliet Coffee yang siap diwaralabakan.
Belum lama ini, Juliana membuka warehouse dari perusahaan terbarunya PT Sinar Indonesia Display di Basel Swiss. Tak sekadar berbisnis, Juli memiliki misi untuk memperkenalkan Indonesia lewat produk-produk terbaik.
“Saya membangun warehouse ini dengan harapan akan membantu para pengusaha Indonesia untuk lebih mudah memperkenalkan bisnisnya ke pasar dunia,
“Awal mula jadi pengusaha karena ingin terlepas dari kesusahan,” ucapnya. Ya, anak kedua dari empat bersaudara ini berangkat dari keluarga sederhana.
Menurut Juli, meski ayahnya yang seorang pegawai negeri bertugas di instansi keuangan namun mereka sejak kecil sudah diajarkan hidup prihatin. Oleh karena itu, sejak kecil dia dan kakak perempuannya sudah terbiasa membantu ibunya yang berjualan kue-kue.
Juli bercerita, dia sering menjajakan kue-kue buatan ibunya ke teman-teman sekolah tanpa malu. Dengan begitu dia bisa mendapatkan uang jajan yang disisihkan untuk ditabung. Dari sanalah dia belajar berbisnis. Dia juga mengaku waktu SMA sempat jadi reseller tas dan sepatu. Namun lagi-lagi itu hanya iseng.
Menariknya, dia kemudian memutuskan untuk kuliah di Universitas Sam Ratulangi Jurusan Teknik Sipil selama 1 tahun, sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah dan ikut suami ke Jakarta.
Setelah menikah, sang suami menyarankan dia untuk sekolah kedokteran. Dengan alasan ilmu yang dia peroleh akan lebih mudah diterapkan langsung ke masyarakat. Di awal masa kuliah di Kedokteran Veteran ini, Juli memutuskan buka usaha salon. “Saya ini ketemu teman-teman yang lifestyle. Dari situ timbul ide untuk bikin salon,” ujarnya.
Bermodal tekad dan tabungan sebesar Rp 12 juta, Juli membuka salon di tahun 2001. Ia ingat, waktu itu dia mendapat tempat yang disewa Rp 8 juta setahun. Dia juga mencari sendiri peralatan salon, dan dapat murah dari lelang sebuah hotel. Dan tak lama usahanya balik modal.
Di saat ini, Juli malah terpikir untuk langsung mengembangkan usaha dengan membuka perawatan kulit dan wajah. “Waktu itu skin care belum jadi tren. Tapi saat itu saya semester 5 sedang belajar tentang kulit dan kelamin, dari situlah terpikir untuk memasukkan skin care ke salon saya,” ungkapnya.
Langkah itu ternyata berhasil. Hingga akhirnya di tahun 2005, Juli memutuskan untuk memisahkan bisnis salon dengan Skin Care. Rupanya, karena dia sudah memikirkan untuk membangun sistem kemitraan dari VZ skin care dengan bendera PT Pesona Putri Indonesia di tahun 2006.
Tangan dinginnya membuahkan hasil. Dalam setahun sudah ada 12 cabang VZ Skin Care. Dengan sistem waralaba, produk ini dipasarkan ke seluruh Indonesia mulai dari Jabodetabek, lalu Aceh, Bali, Banyuwangi, Majalengka, Medan, Padang, Kupang NTT, hinga Biak dan Bintuni Papua.
“Kami tak sekadar ingin memberikan layanan kecantikan dan kesehatan, tetapi juga membuka peluang usaha bagi banyak orang untuk bisa maju, mandiri, dan kreatif,” kata Juli.
Ternyata dari sini timbul masalah. Bagaimana dapat memenuhi ketersediaan produk dari cabang-cabang tersebut. Solusinya Juli pun memutuskan untuk membangun manufaktur dengan bendera PT Yabeta Indonesia. Produksinya obat-obatan dan produk kecantikan dan spa, dengan merek Nefertitie dan Arum Dalu Medika Spa. Selain itu VZ Skin Care juga sudah memiliki 26 cabang.
Sukses VZ Skin Care mendorongnya masuk pasar ritel dengan membesut merek Nefertiti. Berbagai produk perawatan kulit, hair mask, hair spa Nefertiti bisa dijumpai di toko khusus kosmetik dan salon. Bahkan, kemudian dia berani membuat parfum made in Indonesia pertama, Febiola.
Juli berharap dengan kehadiran produk-produk dari PT Pesona Putri Indonesia dan PT Yabeta Indonesia maka dapat mengubah mindset orang-orang Indonesia yang lebih suka dengan produk luar menjadi cinta dengan kearifan lokal.
“VZ Skin Care sebenarnya produk yang lahir karena keterpaksaan. Saat itu saya memiliki klinik kecantikan, dan produk-produk saya dapatkan dari maklon tetapi rupanya pelayanannya tidak seperti yang saya harapkan. Akhirnya saya mencoba membuat produk sendiri untuk keperluan klinik saya,” cetusnya.
Juli bercerita ketika membangun manufaktur kosmetik dia hanya punya satu apoteker dan peracik. Pembuatan masih dikerjakan manual. Tetapi dia tetap yakin. Alhasil kini pabriknya sudah memiliki karyawan hingga 300 orang.
Menurut Juli, ilmu kedokteran yang diperolehnya telah banyak membantu usaha bisnisnya. “Ilmu kedokteran tetap terpakai. Justru ilmu itu dasar saya menjadi pengusaha kosmetik. Kalau saya tidak tahu ilmu kedokteran tidak mungkin saya bisa tahu detail membuat kosmetik,” ungkap ibu tiga orang anak ini. Ia juga memperdalam bidang spesialis kulit dan estetika di Singapura.
Dari segi bisnis Juli mengaku menemui banyak benturan di awal. Terutama dalam hal manajemen sumber daya manusia. “Masalah terberat saya adalah pada manajemen. Karena saya tidak belajar manajemen. Saya tidak tahu bagaimana menghadapi karyawan, bagaimana proses manajemen. Saya ini berbisnis learning by doing. Kepentok sana sini buat saya jadi belajar,” kata Juli.
Untuk menambah ilmu, dia melanjutkan S2 Manajemen Kesehatan di Institut Bisnnis Manajemen. “Dulu waktu pertama buka usaha, mau omset Rp 100 juta sebulan saja susah banget. Sekarang, mau dapat Rp 1 miliar, karena sudah tahu jalannya, mudah,” ucapnya. Dalam jangka dekat ini ia akan memaksimalkan penjualan online sebagai strategi besar yang akan dijalankannya.
“Pembelian produk-produk secara online akan menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia ke depan, karena itu saya sudah menyiapkan infrastruktur penjualan produk-produk saya melalui toko online. Hal ini tentu membutuhkan agen-agen dan reseller-reseller dari berbagai daerah agar produk yang dijual efisien dan mudah dijangkau oleh pelanggan,” jelasnya.
Langkah Juli terus berderap. Di tahun 2013 dia merambah bisnis kafe dengan membuka gerai Juliet Coffee di Depok. Dia juga aktif dalam kegiatan di Womenpreneur Comunnity, Yayasan Citra Kasih Abadi dan Lions Club. Dari sana dia bersentuhan langsung dengan para petani dan nelayan serta wirausaha kecil dan menengah.
“Saya suka sedih dan iri jika membandingkan UKM kita dengan UKM dari Singapura. Kenapa kita yang punya banyak kekayaan alam, dan kreativitas tidak bisa sukses ke mancanegara,” ungkapnya.
Dari situlah lahir ide untuk mendirikan PT Sinar Indonesia Display. Dia berharap dengan warehouse yang dibuka di Eropa akan dapat mengenalkan produk-produk UKM dan industri Indonesia. Juli juga berharap apa yang dia kerjakan bisa berguna. “Cita-cita saya adalah berguna untuk orang lain,” pungkasnya.