Author: woman

Memulai bisnis fashionnya dengan membuat Organisasi Kewirausahaan Sosial pemberdayaan Wanita

CV. FREEWASINIKA secara kelembagaan legalitasnya baru beberapa bulan lalu, namun saat memulainya sudah sejak mei 2015, sebuah organisasi kewirausahaan sosial yang bergerak dipemberdayaan wanita dengan bisnis fashion dengan target market ibu hamil, menyusui, dan batita.

Lumayan cukup lama, awal mula saya berdua dengan mba novia (sahabat saya) memulai aktivitas produksi popok kain hanya untuk kepentingan membantu ibu Sukarni (saat itu masih calon mertua mba novia) untuk tetap bekerja sesuai skill nya sebagai penjahit popok. Ada peristiwa yang cukup membuat mba novia dan ibu Sukarni kebingungan karena partnernya di usaha popok sebelumnya memutus secara sepihak sehingga harus menganggur sekian bulan dan berdampak pada masalah ekonominya, mengingat bu Sukarni adalah seorang janda yang masih mempunyai tanggungan anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Sekian bulan dan berjalannya waktu meski realitanya banyak masalah yang datang silih berganti, seperti kesulitan mengkader tim produksi (potong, penjahit, QC, dll) kami berdua terus mengupayakan solusi dari setiap masalah.
Salah satu upaya adalah kami berdua sering mengikuti pelatihan di dunia bisnis, seperti belajar marketing, brand, pengelolaan sumber daya manusia, dan disertai aktif di banyak komunitas bisnis sebagai media sharing bisnis dengan banyak mentor ataupun rekan pebisnis yang lain.

Dan puncaknya saat kami belajar memahami laporan keuangan, (selama ini kami belum pernah mengikuti kelas mengenai hal keuangan bisnis, kami mempercayakan kepada mba sinta adik kandung mba novia); melihat laporan yang sudah ratusan juta, crosschek detailnya biaya operasional beserta biaya produksi. Blank otak saya mikir, selama ini kami berdua hanya bekerja rutinan setiap hari dan lalai menganalisa data. Sampai tiba saatnya di semester awal 2019 sudah sangat terasa penjualan mulai turun drastis dan mengakibatkan kerugian sampai puluhan juta.

Kami berdua waspada dan mulai jeli melihat data; saya selama ini bertanggung jawab di bidang marketing dan pemasaran, mulai melihat pergerakan teman teman agen/distributor; sementara mba novi yang bertanggung jawab di bidang produksi mulai melihat lebih jeli asal muasal angka rijek barang yang lumayan tinggi.

(Aduuh saya bingung memulai cerita kalau tentang masalah yang kami hadapi, apa sangking banyaknya, dan solusinya belum sampai pada akar masalahnya ya mba)

Berikut saya sampaikan beberapa akar masalah :

1. Pemetaan skill tim produksi sehingga perlu adanya kurikulum training, karena angka rijek tinggi disebabkan skill tim produksi yang masih kurang.

2. Standarisasi alat produksi yang masih sering berganti ganti, karena tiap orang menggunakan alat yang berbeda juga dengan rekan produksi yang lain.

3. Belum displinnya membuat perencanaan produksi untuk sekian bulan/semester ke depan, sehingga mempengaruhi arus cashflow untuk pembelajaan bahan baku.

4. Belum ada perencanaan target pemasaran beserta strateginya; sehingga tidak sinergi gerakan antara tim produksi dan tim pemasaran, nampak pada laporan keuangan di pos omset bruto tidak sebanding dengan biaya produksi

(Kuncinya di bussines plan yang tidak dibuat ya mba)

Maka dari itu kami tertarik belajar lagi dan alhamdulilah Tuhan mempertemukan dengan komunitas yang membuat saya pribadi merinding dengan visinya, womenprenur community; karena kami juga bergerak dengan visi yang sama, dimana mayoritas anggota tim yang berkarya adalah ibu ibu dari usia 20an sampai menjelang 60 tahun.

Kami berdua pribadi mempunyai imajinasi, ada perusahaan holding dengan grup grup perusahaan lainnya, ada yang bergerak fokus di produksi/garment, fokus di distribusi dan pemasaran, dan fokus di training center mengingat kami merasakan bahwa ilmu sangat bermanfaat untuk bertumbuh dan berkembangnya organisasi.

Kami berharap lewat mengikuti IWPC kami dapat memperbaiki kesalahan kesalahan diatas dan kembali bertumbuh dan berkembang guna profitnya digunakan untuk biaya pelatihan anggota tim dan kepentingan sosial lainnya. Dan salah satunya dapat menembus misi kami memasarkan produk ke luar negeri dan menjadi salah satu 5 top brand dunia.

Kun fa ya kun
Amin amin ?


Terima kasih ‍♀️ 

Ratih – IWPC 25 MALANG
Share

Brand Hamuda menjadi bendera dalam bisnis fashionnya

Nama brand : Hamuda

Jenis bisnis : Fashion

Perjalanan bisnis, kendala dan harapa :
Brand hamuda ini sudah ada sejak tahun 2010. Konsep brand ini awalnya shabby chic mengikuti maraknya trend hijabers community pd masa nya. Hamuda pd saat itu baru berjalan 1 kali produksi, 1 kali pameran, namun terpaksa berhenti karena permasalahan penjahit. Pertama penjahit yg saya pakai tidak dapat menyelesaikan jahitan sesuai dgn tanggal, kedua penjahit itu menjual desain yg saya buat ke orang lain. Akhirnya saya tarik semua bahan yg ada dan mencari penjahit lain, tp kesulitan pada saat itu.

Sekarang mencoba menghidupkan kembali brand ini, dengan konsep yang berbeda.. Mudah2an dengan mengikuti iwpc dapat mengetahui apa yang harus dipersiapkan, lebih tertata rapi akan keuangan dan lainnya, belajar membaca pasar sehingga tepat sasaran dan dapat menjadi bisnis yang berkembang.

Alida fatima – IWPC 25 Malang
Share