Author: woman

Milk Hunter menjadi pilihan bisnisnya yang membawa kebahagiaan dan harapan dalam hidupnya.

Mencari Keberkahan Dalam Sebotol Susu
Sebagai seorang introvert, berbisnis rasanya bukan profesi yang cocok untuk saya. Tadinya saya pikir begitu. Ternyata salah. Setelah pernah tercebur di salah satu MLM, saya baru menyadari kalau saya suka banget berbisnis. Ketemu banyak orang, menyerap ilmu, create something that makes everyone happy, build networking, seolah-olah jadi passion yang selama ini tertimbun dalam. ?
Lalu akhirnya setahun lalu… saya meninggalkan bisnis MLM dan kembali menjadi freelancer desainer grafis, content writer, dan social media specialist. Bulan April lalu, saya memutuskan menjadi reseller untuk produk-produk yang dibuat oleh sahabat-sahabat dekat saya, dari mulai yogurt, susu kambing murni, susu kedelai murni, bir pletok dll.
Kenapa menjadi reseller mereka? Karena saya pikir, mereka punya produk bagus dan enak namun kurang bisa menjualnya. Progress-nya cukup baik hingga akhirnya di bulan Mei, bulan Ramadhan, saya membuat sendiri susu kurma untuk asupan nutrisi anak saya. Karena membuat dengan stok yang cukup banyak, akhirnya saya bagikan ke teman-teman. Di luar dugaan, mereka mereviewnya di social media dan akhirnya malah minta saya untuk membuatnya lagi.
Selepas Ramadhan, saya coba buat lagi dengan formulasi baru, semua bahan yang saya pakai juga premium. Saya mulai membeli botol dalam jumlah sedikit dan memutuskan untuk membuat label. Yang terjadi selanjutnya adalah orderan membludak! Tiap satu orang memesan minimal 10 botol. Sedangkan saat itu, saya hanya punya stock 100 botol. Mulai dari situlah, saya makin memberanikan diri untuk produksi lebih banyak lagi.
Sudah lama sekali saya tahu soal Inkubator Bisnis IWPC, namun hanya sekedar tahu IWPC hanya untuk orang-orang yg sudah memiliki bisnis sendiri yang berjalan sudah cukup lama. Ternyata malu bertanya, sesat di jalan. Setelah dijelaskan oleh seorang teman, bismillah saya beranikan ikut IWPC. Meskipun bisnis ini baru saja berjalan, saya ingin bisnis uni berjalan dengan benar.
Milk Hunter saya anggap sebagai anak saya, bayi yang baru saja saya lahirkan, yang membawa kebahagiaan dan harapan untuk saya. Selama ini, saya berjuang merawat ibu saya yang sakit dengan dana seadanya. Suami masih harus bekerja di Riau. Otomatis kami LDR-an. Tidak sampai hati saya meminta uang untuk biaya berobat ibu saya. Tapi setelah saya memiliki Milk Hunter, saya optimis. InsyaAllah dengan izin Allah dan dengan bimbingan dari para mentor di WPC, bisnis saya akan semakin berkembang dan bisa bermanfaat untuk banyak orang, khususnya untuk keluarga saya. Jika diibaratkan, seperti mencari keberkahan dalam sebotol susu.
Akhir kata, terima kasih untuk teh Arifiana Jahitan Bunda yang sukses nyemplungin saya di IWPC dan Bu Irma yang sudah mendirikan komunitas ini. Barakallah ❤️ Sampai bertemu September nanti insyaAllah yaaaa ?
Love,
Eyi

Share

Fokus bisnis olahan dari dangke/keju lokal menjadi pilihan dalam berbisnisnya.

 

Bismillahirrohmanirrahim

Perkenalkan nama saya Marwah saya anak ke tiga dari 3 bersaudara. Terlahir dari keluarga ayah dan ibu seorang PNS membuat orangtua juga ingin anaknya mengikuti karir mereka alhasil tammat SMA saya lulus di fakultas Peternakan, yang dalam fikiran orang-orang pekerjaan setelah tammat adalah berternak. Tapi yang saya fikirkan saat itu adalah kampung saya butuh jurusan ini, untuk mengembangkan peternakan di kampung saya.

Awal mula karir saya saat saya berusia 8 tahun saat itu saya duduk dikelas 2 SD saya sudah jualan tebu, dimana tebu ini tumbuh disamping rumah sampai saya berfikir untuk menjual ke teman-teman. Saya pun membawanya ke sekolah, sebelum masuk kelas saya menjual di samping kelas dan setelah berjalan berapa bulan pisau hadia kesayangan ibu hilang, sampai saya dilarang lagi untuk menjual tebu.

Berapa minggu selepas itu ibu saya membuatkan es. Saya pun menjual es disekolah. Hasilnya pun lumayan buat tabungan saya untuk baju lebaran. setelah kelas 6 SD saya berhenti sampai saya masuk kuliah panggilan untuk berkarir muncul kembali pada saat itu saya sebagai reseller menjual tas, sepatu, baju, buku. Sampai akhirnya di semester terakhir saya menyusun skripsi. saya mengangkat masalah olahan susu yaitu Dangke/keju. selepas penelitian saya mulai kefikiran untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh daerah saya yang masih tidak dilirik oleh dunia padahal produk dangke adalah produk tradisional dan khas indonesia.

Saya pun memulai memikirkan harus mulai dari mana, kuranglebih 6 bulan saya tidak tau harus memulai dari mana sampai pada saat itu saya berfikir ingin membuat suatu toko yang semua olahan didalamnya olahan dari Dangke/keju lokal dan dari situ saya sebutnya Rumah Dangke. Saya menyuru teman untuk membantu saya berfikir dan membuat desain kemasan sampai saya konsultasi sama beberapa dosen, sampai akhirnya di akhir bulan januari 2018 saya mulai menjual produk saya ala kadarnya.

Berapa bulan berjualan saya sudah mulai bingung bagaimna dalam pengembangan, saya menghabiskan uang untuk beli alat dan bahan tapi hasilnya selalu menguras uang bulanan saya, bukannya untung malah guntung.

Mulailah saya mencari tempat belajar baik di kampus dan diluar kampus sampai saya bertemu dengan kelas IWPC, berharap setelah mengikuti kelas IWPC saya bisa membangun bisnis, membuka pola berfikir saya, memperbaiki bisnis saya dan mengembangkan potensi daerah sehingga usaha Rumah Dangke yang dulunya guntung menjadi untuk dan berkah.

Share